Di tengah krisis
finansial Asia yang dialami, Sukanto bukan ciut nyali malah tertarik untuk
melakukan langkah diversifikasi bisnis. Ide ini memang ide yang brilian
walaupun akan ada banyak hal yang perlu dikorbankan dan perlu ditingkatkan pada
akhirnya. Menurut Sukanto, dengan upaya diversifikasi bisnis yang dilakukan,
perusahaan akan mendapatkan pertolongan arus kas di tengah krisis yang terjadi
sehingga sah – sah saja jika langkah ini dilakukan untuk berbagai perusahaan
yang berada dibawah naungan RGE.
Diversifikasi Bisnis Di Tengah Krisis Finansial Asia Oleh
Sukanto Tanoto
Sedikit bercerita dan
flash back ke belakang, kita tengok bisnis Sukanto di sekitar tahun 1997 dan
1998 dimana pada masa itu terjadi suatu krisis. Sempat mengembangkan bisnisnya
namun bisnis apapun di kala itu tersentuh dengan suatu krisis. Rontoknya nilai
rupiah menjadikan konglomerat ini terjerat utang yang sangat besar dan harus
menjadi pasian Badan Penyehatan Perbankan Nasional. Hal ini karena ketika
krisis terjadi mulai menyerang Indonesia di masa tersebut, RGE malah tetap
mengambil upaya pendekatan untuk melakukan investasi.
Jadi di masa itu
seperti jatuh tertimpa tangga, lagi – lagi pil pahit perlu di telan oleh Sukanto Tanoto hingga kemudian di tahun 1999
Sukanto harus menutup PT Inti Indorayon Utama yang merupakan perusahaan bubur
kertas. Selain karena masalah keuangan masyarakat juga menuding PT ini memiliki
limbah yang mencemari Danau Toba. Ini juga yang menjadi masalah pelik di waktu
tersebut.
Akan tetapi bukan
Sukanto kalau tidak bisa bangkit. Darisana Sukanto memetik sebuah pelajaran
yang berharga. Sukanto mulai mengubah strateginya yaitu dengan membangun suatu
komunitas sembari melakukan ekspansi. Ia juga kemudian membuka hutan tanaman
industri. Dengan langkah jitu ini juga terbukti bahwa ia berhasil pada industri
pulp and paper dan telah menjadi produsen kertas paling besar di dunia yang
bernama Paper One. Paper One ini salah satu produk yang beredar di 51 negara.
Walau berbagai kendala
senantiasa menghadang dan menghadang akan tetapi sayap – sayap bisnis RGE tak
pernah pudar. Bahkan senantiasa berkembang dan terus mengalami perkembangan
sampai grup ini kemudian merambah ke bisnis energi, keuangan dan bisnis
properti. Kemudian bisnis kertasnya meluas ke berbagai negara baik melalui
kerjasama atau langkah akuisisi. Komitmen untuk terus berkontribusi dalam
pembangunan secara berkelanjutan yang kemudian menjadi alasan mengapa RGE terus
menerus mampu mengembangkan sayap bisnisnya tersebut.
Menurut informasi dari
Joseph Oetomo sendiri yang merupakan seorang chairman RGE, pihaknya senantiasa
memiliki pedoman pada visi pendiri perusahaan ini untuk bisa bertahan dalam
menghadapi berbagai macam kondisi. Visinya dalam setiap bisnis yang dilakukan
adalah memberikan kebaikan bagi masyarakat, negeri, iklim dan pastinya
perusahaan. Termasuk juga kaitannya dengan langkah pengelolaan sumber daya alam
berkelanjutan dan ramah lingkungan yang dilakukan setiap basic dari perusahaan
RGE Group. Selain itu cara kerja yang turut diterapkan oleh Sukanto adalah
mendorong perusahaan untuk terus menerus mendapatkan sentuhan perkembangan.
Semua proses kerja pada akhirnya dilandasi oleh semangat can do attitude atau
melakukan orientasi pada hasil yang berkualitas. Tentunya ini yang menjadi
sebuah hal terbaik dilakukan dalam setiap langkah oleh perusahaan dibawah
naungan RGE.
0 Comments